panel-head.png

Ruang Media

Berita

Pameran Lukisan Kolaborasi Nasirun & Sujiwo Tejo

PRESIDEN ALTERNATIF : DOA PEMILU DAMAI DAN BAHAGIA

Kurator : Dr. Mikke Susanto, M.A

Penulis : Agus Noor

Bentara Budaya menghadirkan pameran lukisan kolaborasi Nasirun dan Sujiwo Tejo pada awal bulan September ini. Karya kolaborasi ini dapat dinikmati oleh pengunjung umum, dan berlangsung:

๐Ÿ—“๏ธ 1 - 9 September 2023

โฐ Pukul 10.00 - 18.00 WIB

๐Ÿ“ Bentara Budaya Jakarta

Jalan Palmerah Selatan no.17

Jakarta Pusat, 10270

 

Pameran kolaborasi ini mengusung tema “Presiden Alternatif: Doa Pemilu Damai dan Bahagia”. Hal itu tak lain dengan melihat suasana hangat saat ini menjelang Pemilu Capres dan Cawapres tahun 2024 mendatang.

“Khusus kepada Mbah Sujiwo Tejo dan Kang Nasirun, saya ucapkan selamat, sebab senantiasa mengingatkan kita melalui karya-karya kolaborasi seni rupa ini, bahwa seserius-seriusnya Pemilu, Pemilu tak lebih dari permainan untuk merayakan kedamaian dan kebahagiaan. Ibarat permainan catur, domino, dermolen dan lain-lain dalam lukisan kolaborasi mereka, setegang-tegangnya proses demokrasi termasuk Pemilu 2024, laluilah dan hayatilah proses itu sebagai permainan belaka…”, kata Hasyim Asy’ari sebagai Ketua KPU RI saat acara pembukaan pameran.

Berbicara mengenai semangat demokrasi, spirit ini telah ada jauh sebelum masa kemerdekaan. Tahun 1938, sejumlah seniman mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Anggotanya antara lain ialah Agus Djaya, S Sudjojono, Soediardjo, L Setiyoso, Emiria Soenassa, Saptarita latief, S Toetoer, Sindhusisworo, Soeaib, Soekirno, Soerono, Suromo, serta Otto Djaja. Meminjam istilah dari Benedict Andeson “imagined community”, mereka bersemangat untuk memperkuat gagasan tentang bangsa yang saat itu masih diimajinasikan.

Kemudian, pada masa seputar Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, para seniman terlibat dalam menjaga semangat perjuangan kemerdekaan. Mereka membuat poster, graffiti, mural, juga grafis (cukil kayu) yang berisi ajakan untuk menjaga persatuan, mempertahankan kemerdekaan, dan waspada terhadap kekuatan asing yang bernafsu menguasai kembali negeri ini. 

Bapak proklamator sekaligus presiden pertama RI, Ir. Soekarno, juga dekat dengan para seniman. Selain menekuni pendidikan di lembaga formal, beliau juga seorang pelukis berbakat dan sempat berkarya berkolaborasi dengan seniman-seniman lain. Salah satu wujud kolaborasi itu berupa satu poster monumental berjudul “Boeng Ajo Boeng” (1945). Poster menggambarkan lelaki yang memutus rantai di tangannya yang mengepal. Satu tangan menggenggam bendera merah putih. Mulut lelaki itu berteriak lantang. Di bagian bawah terpampang tulisan “Boeng Ajo Boeng”.

Mengutip catatan sejarah oleh perkumpulan Desain Grafis Indonesia (DGI), gagasan poster ini muncul dari Soekarno. Pelukis Dullah menjadi model. Affandi yang menggambarnya. Kata-kata “Boeng Ajo Boeng” merupakan sumbangan dari penyair Chairil Anwar atas permintaan Soedjojoyono. Jadi, poster ini hasil kerja keroyokan.

Selanjutnya, lompat jauh ke masa sekarang, apa yang dapat dilakukan para pelukis untuk berkontribusi bagi bangsa? Para seniman dapat memperjuangkan bangsa melalui karya seni sesuai pilihan dan karakternya. Tentu saja tidak harus persis dengan masa lampau, karena setiap zaman memiliki dinamika dan tantangan sendiri.

Dalam konteks ini, Nasirun dan Sujiwo Tejo mengajukan tawaran yang asyik. Mereka berkolaborasi untuk membuat kurang lebih 50 lukisan. Dua seniman ini mendalami metafor dari dunia pewayangan, mengolah karakter (seperti Petruk dan Semar), lantas mengemasnya dalam bahasa visual. Secara tersurat dapat digali nilai-nilai kemanusiaan (humanisme), ketuhanan (transenden) dan lingkungan hidup.

Kolaborasi dua seniman itu menjadi penanda positif. Meski sama-sama mendalami dunia wayang, keduanya memiliki karakter berbeda. Nasirun sepenuhnya pelukis, sedangkan Sujiwo Tejo populer dengan banyak profesi, seperti dalang, aktor, pemusik, juga penulis.

"Bentara Budaya menyambut hangat niat Nasirun dan Sujiwo Tejo untuk berkolaborasi dalam bentuk pameran dwitunggal. Selamat berpameran. Terima kasih kepada semua pihak yang membantu program ini. Penghargaan untuk tim Bentara yang bekerja mewujudkan pameran ini hingga terlaksana dengan baik. Selamat menikmati", kata Ilham Khoiri sebagai General Manager Bentara Budaya.

Pameran ini diawali dari pertemuan kolaboratif antara Nasirun dan Sujiwo Tejo pada 17 Juli 2022 lalu. Aksi performatif mereka digelar di Studio Nasirun di kawasan Bayeman Jl. Wates Yogyakarta. Sujiwo Tejo datang bersama tim kerja dari Jakarta untuk melukis bersama Nasirun, menyanyi, berkelakar, hingga membuka dialog bersama sejumlah budayawan. Setelah 12 bulan aksi kolaborasi tersebut berlalu, akhirnya 50 lukisan mereka digelar di Bentara Budaya Jakarta.

Pertemuan seniman bukanlah pertemuan yang mudah dan sederhana. Dalam perspektif seni sendiri, ketika dua atau lebih seniman bertemu dalam satu kanvas atau satu peristiwa itu berarti terjadi pertemuan ideologi estetika yang sesungguhnya rumit dan kompleks. 

Hubungan seni dengan persoalan di dunia luar sering menghasilkan sesuatu yang tidak terbatas. Fungsi karya seni kemudian jauh dari persoalan estetika. Ia bisa tidak lagi menjadi "seni" atau milik dunia seni, karena kepentingan di luarnya. Apalagi ketika memasuki wilayah politik, ekonomi, sosial, religi, dan lainnya. Sejarah membuktikan bahwasanya urusan kesenian bahkan menjadi lebih penting dibicarakan, ketika terkait dengan urusan di luarnya. Demikianlah pula karya hasil kolaborasi Nasirun-Sujiwo Tejo ini.

Nasirun dan Sujiwo Tejo adalah dua individu yang berbeda dalam dunia seni. Nasirun adalah seorang seniman lukis asal Indonesia yang dikenal karena karyanya yang mencerminkan kehidupan masyarakat pedesaan. Dia sering menggunakan teknik kubisme dalam lukisannya. 

Sementara itu, Sujiwo Tejo adalah seorang seniman serba bisa asal Indonesia yang dikenal sebagai aktor, sutradara, penulis, dan penyair. Dia memiliki pengaruh kuat dalam budaya populer Indonesia dan sering menggabungkan unsur-unsur tradisional dengan modern dalam karya-karyanya. Keduanya memiliki bakat dan kontribusi yang berbeda dalam dunia seni Indonesia.

Beberapa gambar memotret kegiatan orang sehari-hari. Beberapa karya memuat potret permainan mereka diri sendiri. Semua itu menjadi suatu pola untuk mencapai makna yang lebih mendasar, seperti kebaikan, cinta tanah air (patriotisme), solidaritas, menghargai keberagaman, toleransi, keharmonisan dan perdamaian. Kurang lebih nilai-nilai tersebut disampaikan oleh Nasirun dan Sujiwo Tejo

Dengan demikian, Bentara Budaya Jakarta mengundang semua #SahabatBentara untuk datang dan menikmati pameran seni ini. Selain sebagai ruang rekreasi, pameran ini menyajikan wawasan baru yang tentunya memberi insight baru bagi kalangan muda-mudi maupun masyarakat luas.

 

Untuk informasi lebih lanjut:

Hubungi: 

Media Relations Bentara Budaya

Telepon: 0811993134

Email: info@bentarabudaya.com

Website: www.bentarabudaya.com